Showing posts with label Jepang Sharing. Show all posts
Showing posts with label Jepang Sharing. Show all posts

Friday, January 11, 2019

Jepang Sharing 06 - 20 December 2018 -

2018年10月ごろより定例となった、ハラールギョウザの美味しいお店にて行われている、私の現在一緒に日本語を学んでいる学生たち(BINUS大学)と、ジャカルタで働く知人・友人・元教え子(マラナタ大学)の集いを、今の教え子たちにお願いして記事にしてもらいました。
日本語や日本文化を大学で学んだ先輩たち(ゲスト)を呼んで、現在大学で日本語や日本文化を学んでいる学生たち(ホスト)が質問し、様々なことを聞きます。社会に出る前に何を学ぶべきなのか、大学卒業後はどういう道があるのか、日本語や日本文化を学ぼうとする学生であればきっと興味を持つことを多くの人にご共有できればと存じております。

第六回目は、これまでとはちょっと異なり、筑波大学からジャカルタのBINUS大学に留学中の日本人男子大学生についての記事です。(以上、執筆:KMG)


Halo, sahabat Kamaga-sensei! Apa kabar? Kembali lagi bersama kita-kita nih di artikel hari yang bertempatkan di tempat nongkrong kami yang biasa, yaitu.. Toyofuku Gandaria! Karena hari ini cuaca cukup dingin, makan gyoza terasa jadi sangat nikmat!
Pada kesempatan kali ini, kita kedatangan tamu yang luar biasa dari negeri Sakura di seberang sana! Penasaran siapa dia? Dia adalah seorang pelajar dari Universitas Tsukuba, Tsukuba, yang sedang study abroad di Indonesia dan panggilan akrabnya adalah Ryosuke.


Ryosuke, sedang study abroad di BINUS University

Ryosuke adalah mahasiswa tahun kedua di Universitas Tsukuba. Ryosuke lahir di daerah Meguro, Tokyo, sebuah yang terkenal dengan keindahan pohon sakura-nya di saat musim semi. Ia juga mempunyai hobi yang menarik seperti bermain gitar, basket, jalan-jalan dan menonton film.

Ryosuke mempunyai ketertarikan di bidang agrikultur sehingga dia memutuskan untuk study abroad di salah satu negara di Asia Tenggara dan Indonesia menjadi tempat pilihannya untuk belajar selama setengah tahun. Tantangan untuk belajar di luar negeri mulai memang banyak, mulai dari perbedaan rasa makanan (pedas dan tidak pedas), sampai kemacetan yang parah, khususnya di Jakarta.


Suasana di Toyofuku

Keputusannya untuk memilih study abroad di BINUS University muncul ketika ia tertarik oleh konsep iBuddy (International Buddy, orang yang bertugas untuk mendamping pelajar internasional di BINUS University ketika ada kendala) di Indonesia, beda dari Jepang yang tidak memiliki konsep iBuddy ini. Berkat iBuddy ini Ryosuke oleh iBuddy (International Buddy, orang yang bertugas untuk mendamping pelajar internasional di BINUS University ketika ada kendala) di Indonesia, beda dari Jepang yang tidak memiliki konsep iBuddy ini. Berkat hal tersebut Ryosuke menjadi lebih mudah beradaptasi dengan gaya hidup dan budaya Indonesia yang berbeda dengan Jepang. 


Suasana di Toyofuku Gandaria

Ketika Ryosuke menyelesaikan masa belajarnya di BINUS University, ia ingin mendirikan organisasi dengan konsep yang serupa dengan iBuddy di Universitas Tsukuba.  Hal ini bertujuan agar para pelajar asing di Jepang dapat dengan cepat beradaptasi dan menikmati hidup di Jepang. Tidak hanya itu, Ryosuke juga mempunyai cita-cita untuk memajukan usaha agrikultur yang ada di wilayah Asia Tenggara. Keren banget ya!
Ryosuke juga berpesan kepada kita semua untuk “bertemanlah sebanyak-banyaknya!”.



Nah, yuk kita masuk ke food review hari ini! 

Menu yang kami review pada artikel hari ini adalah... Teritama Chicken!!


Teritama Chicken

Teritama Chicken adalah paha ayam filet goreng yang dibalut degan bumbu tepung yang nikmat.  Dengan tektur daging yang lembut dan kulit tepung yang cukup crispy, menu ini menjadi salah satu menu faforit yang cocok disantap bersama dengan semangkuk nasi. Teritama Chicken disajikan dengan saus teriyaki dan saus tartar yang gurih. Kalian dapar menyantap menu ini dengah harga Rp. 40.000. Jadi tunggu apalagi?

Nah, bagaimana sobat Kamaga-sensei? Menarik kan, untuk bisa mendengar cerita dari pelajar asing dari Jepang? Semoga artikel ini bisa membuka wawasan sobat Kamaga-sensei terhadap pelajar asing dan Jepang ya! Sampai jumpa lagi di lain kesempatan ya!


Ryosuke dan teman-teman yang menghadiri acara kali ini



Penulis : Luna Fidelita, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
Interviewer : Luna Fidelita, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
  Akhsel Ramadian, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University

Foto : Natalia Desianti, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University

Thursday, January 10, 2019

Jepang Sharing 05 - 6 December 2018 -

2018年10月ごろより定例となった、ハラールギョウザの美味しいお店にて行われている、私の現在一緒に日本語を学んでいる学生たち(BINUS大学)と、ジャカルタで働く知人・友人・元教え子(マラナタ大学)の集いを、今の教え子たちにお願いして記事にしてもらいました。
日本語や日本文化を大学で学んだ先輩たち(ゲスト)を呼んで、現在大学で日本語や日本文化を学んでいる学生たち(ホスト)が質問し、様々なことを聞きます。社会に出る前に何を学ぶべきなのか、大学卒業後はどういう道があるのか、日本語や日本文化を学ぼうとする学生であればきっと興味を持つことを多くの人にご共有できればと存じております。

第五回目は、バンドゥンのパジャジャラン大学で日本語を学び、現在、在インドネシア日本国大使館で働く男性についての記事です。(以上、執筆:KMG)



Halo sahabat OMG KMG! Bagaimana kabar kalian hari ini? Akhir-akhir ini Jakarta sudah memasuki musim hujan ya. Buat sahabat KMG yang berada di Jakarta atau sekitarnya, atau di wilayah-wilayah lain yang sering diserang hujan, jaga kesehatan ya!!
Hari di Toyofuku (ini sih sudah jadi tempat nongkrong langganan ya ahahaha) ini kita kedatangan tamu yang bekerja di Kedutaan Jepang di Indonesia! Kenalkan, namanya adalah Fahmi! Nama lengkapnya adalah Fahmi Shidiq dan kini ia bekerja di Kedutaan Jepang di Indonesia lho!
Penasaran kan cerita apa yang dibagikan oleh kakak kelahiran Palembang pada hari ini? Yuk kita simak bersama-sama!


Fahmi Shidiq (Sedang bekerja di Kedutaan Besar Jepang di Indonesia)

Fahmi Shidiq, yang biasa dipanggil Kak Fahmi, punya banyak cerita yang bisa dibagikan, khususnya, dalam bidang pendidikan. Lulus dari Sastra Jepang Universitas Padjajaran dengan prestasi yang menganggumkan, ternyata dulunya tidak mengambil Sastra Jepang sebagai minat utama lho. Karena suatu hal dengan yang lain, kak Fahmi memutuskan untuk mengambil Sastra Jepang yang memang, kak Fahmi sudah mempunyai basic saat belajar di SMA dulu.


Suasana di Toyofuku Gandari

Walaupun Sastra Jepang awalnya bukan pilihan pertama, hal itu tidak menghentikan Kak Fahmi untuk berprestasi lho. Kak Fahmi bersaing dengan orang-orang di kampusnya untuk dapat terpilih Study Abroad. Setelah melakukan proses penyeleksian internal, pada tahun 2015, kak Fahmi pergi Study Abroad ke Rikkyo Daigaku dan mengambil kelas peminatan bahasa Jepang.


Suasana di Toyofuku Gandaria

Kak Fahmi punya pesan kepada teman-teman yang sekarang sedang menempuh pendidikan di Jepang maupun yang akan berangkat ke Jepang nanti, “Belajar memang penting, tapi jangan belajar terus! Coba berinteraksi dan mencari pengalaman lewat kegiatan seperti baito atau homestay dan volunteer!”.
Lalu setelah ia pulang ke Indonesia, Fahmi dari universitasnya dengan mengajukan skripsi kelulusan bertemakan “pria herbivora”, atau yang juga dikenal dengan ‘Soshoku Danshi’. Hmm… menarik ya!
Lalu, tidak lama setelah lulus, akhirnya Kak Fahmi bekerja di Kedutaan Jepang di departemen pendidikan sebagai “Study Abroad Advisor”. Wow... Apa sih tugasnya? Tugasnya adalah menginformasikan informasi seputar pendidikan di website Kedutaan Jepang di Indonesia, misalnya, Monbukagakusho dan sebagainya hmm… Sahabat Kamaga-sensei, sudah mempersiapkan untuk daftar Monbukagakusho belum nih? Hehehe.


Suasana di Toyofuku Gandaria

Lalu... Untuk food review di hari ini adalah...
Mozzarela, Kimchi, dan Tamanegi (daun bawang). Menu baru Toyofuku yang disebut Gyoza-Sensei ini disajikan dengan 4 rasa yang disajikan dalam 1 plate ini memang pas banget nih buat dimakan rame-rame bareng temen atau keluarga. Menu ini juga cocok banget buat kamu yang pengen cobain gyoza selain original tapi bingung mau pesen yang mana, atau yang budgetnya terbatas tapi mau nyobain ini dan itu. Menu ini dibandrol dengan harga yang cukup terjangkau jika kita lihat dari ukuran porsinya! Coba lihat yuk foto di bawah ini.


Gyoza Sensei

Nah, sobat Kamaga-sensei, bagaimana dengan cerita hari ini? Kak Fahmi keren kan! Masih ada lho cerita yang mau kita bagikan di artikel berikutnya! Stay tuned ya guys!!


Fahmi dan teman-teman yang menghadiri acara kali ini




Penulis : Luna Fidelita, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
  Sandy Saputra, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
Interviewer : Luna Fidelita, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
  Sandy Saputra, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University

Foto : Robert Goldneish, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University

Friday, December 21, 2018

Jepang Sharing 04 - 22 November 2018 -

2018年10月ごろより定例となった、ハラールギョウザの美味しいお店にて行われている、私の現在一緒に日本語を学んでいる学生たち(BINUS大学)と、ジャカルタで働く知人・友人・元教え子(マラナタ大学)の集いを、今の教え子たちにお願いして記事にしてもらいました。
日本語や日本文化を大学で学んだ先輩たち(ゲスト)を呼んで、現在大学で日本語や日本文化を学んでいる学生たち(ホスト)が質問し、様々なことを聞きます。社会に出る前に何を学ぶべきなのか、大学卒業後はどういう道があるのか、日本語や日本文化を学ぼうとする学生であればきっと興味を持つことを多くの人にご共有できればと存じております。

第四回目は、ジャカルタや日本で日本語を学び、現在日系企業で働く男性についての記事です。(以上、執筆:KMG)

Kembali lagi dengan acara rutin Kamaga-sensei dan murid-muridnya tercinta, yaitu bincang makan malam di Toyofoku Gandaria, bagi kalian yang bisa berbahasa Jepang dan ingin membagikan pengalaman menariknya ketika di Jepang atau bekerja di perusahaan Jepang, kalian bisa ikut kami berbagi cerita sambil menyantap makanan-makanan ala Jepang yang ada di Toyofuku Gandaria.

Kali ini kita kedatangan tamu yang tidak kalah asik nih sama tamu-tamu yang sebelumnya, nama salah satu sahabat Kamaga-sensei ini adalah kak Alexander Liga. Pria lulusan STBA LIA ini sekarang sedang bekerja di Soda Nikka Co., Ltd. Jakarta Representative office, beliau juga memiliki pengalaman bekerja di negeri sakura. Jadi sudah tidak perlu ditanya lagi soal kemampuan bahasa Jepang nya.

Alex, sedang bekerja di perusahaan Jepang

Sebelum kuliah di STBA LIA, kak Alex sebenarnya mendapat kesempatan untuk kuliah jurusan teknik elektro di Jepang setelah lulus dari SMA, akan tetapi rencana tersebut terpaksa dibatal karena terjadi bencana gempa di Jepang pada saat itu. 

Hal ini membuat kak Alex berencana masuk ke Sastra Jepang BINUS Univesity, tapi rencana tersebut juga batal karena pendaftaran pada saat itu sudah ditutup dan kak Alex harus menunggu sampai tahun berikutnya jika masih ingin kuliah di BINUS University. 

Suasana di Toyofuku Gandaria

Pada akhirnya kak Alex memutuskan untuk belajar bahasa Jepang di STBA LIA, Selama kuliah, kak Alex banyak mendapat pengalaman berorganisasi dan mendapat kesempatan/beasiswa untuk belajar di Kanda University of International Studies yang berlokasi di Jepang. Kak Alex menggunakan kesempatan ini untuk mengasah kemampuan berbahasa Jepangnya dan menambah banyak koneksi dengan pelajar Jepang dan pelajar asing di universitas.

Suasana di Toyofuku Gandaria

Ooo iya!! sebelum saya lupa, program beasiswa di STBA LIA ini sebenarnya berlaku untuk siswa semester 7, tapi kak Alex terpilih saat masih semester 5, hal ini membuktikan bahwa kak Alex memang memiliki skill bahasa Jepang yang diakui sangat baik. Selama study abroad, kak alex menekuni di bidang bahasa dan budaya Jepang, satu kelas bersama mahasiswa Jepang dan mahasiswa asing.

Untuk menambah pengalaman, kak Alex juga sempat mengambil part-time job di sebuah convinience store (Ministop) di Jepang. Pekerjaan part-time job ini yang membuat kak Alex terbiasa berhadapan dengan berbagai orang Jepang, apalagi dengan budaya kerja Jepang yang disiplin mengharuskan pegawai untuk harus selalu sopan dan sabar ketika melayani berbagai macam tamu.

Suasana di Toyofuku Gandaria

 Kembali ke Indonesia, kak Alex melanjutkan kuliah nya sambil bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang entertainment yang bernama Yoshimoto Kreatif Indonesia. Selama bekerja di Yoshimoto Kreatif Indonesia, kak Alex menjadi pendamping sekaligus manager para talenta dari Jepang yang ingin berkarya di Indonesia. Salah satu bintangnya yang munkin kalian kenal adalah Hiroaki Kato (penyanyi asal Jepang yang sekarang ini berkarya di Indonesia). Setelah lulus dari STBA LIA, kak Alex memutuskan untuk bekerja di SMILE Hotel (Tokyo, Nihonbashi) sebagai front staff /receptionist selama satu tahun, dan kemudian pada tahun 2016 berpindah ke SODA NIKKA, sebuah Trading Company di Jepang. Selama bekerja di SODA NIKKA, kak Alex mengalami 3 kali rotasi Job desk, karena memang beberapa perusahaan di Jepang menerapkan sistem tersebut agar karyawannya memiliki pengalaman di berbagai bidang pekerjaan. Divisi yang pertama di tempati kak Alex adalah Overseas Group sejak November 2016 sampai Agustus 2018 ( + 9 bulan).

Suasana di Toyofuku Gandaria

Tugas kak Alex saat berada di Overseas Group adalah mencari info-info mengenai supplier dan bertemu langsung dengan klien di negara-negara lain. Setelah itu, kak Alex dipindahkan ke Packaging selama 8 bulan (April 2018), dimana kak Alex ditugaskan untuk mempelajari proses mengenai Packaging produk-produk perusahaan. Dan yang terakhir, kak Alex dipindahkan ke Jakarta Representative office sampai saat ini.

Alex dan teman-teman yang menghadiri acara kali ini

Pada akhir acara, kak Alex menyampaikan pesan penting untuk para mahasiswa yang sedang belajar bahasa Jepang yaitu perluaslah pergaulan. Selain belajar, menjadi sosok yang dikenal oleh banyak orang dapat memisahkan kalian dari arus deras para mahasiswa lain yang mencari pekerjaan idamannya. Teman yang biasa bermain bersama mungkin bisa menjadi penyelamat kalian ketika mencari kerja ataupun sebaliknya ketika kalian membutuhkan seseorang untuk mengerjakan ambisi kalian. Jadi jangan lewatkan kesempatan unuk berkenalan dengan orang-orang baru. Akan tetapi perlu diingat, segala hal yang berlebihan tidaklah baik, kendalikan juga pergaulan kalian agar tidak berubah menjadi hal yang tidak diinginkan.



Food Review :

Toyofuku Cheese Gyoza

Sebelumnya kami sudah pernah me-review Toyofuku Gyoza yang nikmat dan gurih pada artikel-artikel sebelumnya, kali ini kami akan memperkenalkan menu Gyoza lainnya yang dijual pada Toyofuku Gandaria. Menu itu adalah Cheese Gyoza. Sama seperti Toyofuku Gyoza, Cheese Gyoza merupakan adonan ayam dan sayuran yang dibalut dengan adonan tepung.

Toyofuku Cheese Gyoza

Perbedaannya adalah setelah dipanggang, Gyoza ini ditabur dengan keju lalu dibakar sampai lumer sehingga melekat dengan kulit Gyoza. Rasa kejunya sendiri bikin nagih dan bikin mulut ingin terus mengunyah kulit gurih Gyoza yang sudah dilumeri keju tersebut. 1 porsi Cheese Gyoza berisi 5pcs berharga Rp.35.000. Karena memang rasanya yang bikin nagih, Kami biasanya memesan Cheese Gyoza lebih dari 1 porsi agar rasa ketagihan kami terpenuhi.

Mabo Tahu

Nah, Sampai sini dulu. Bagi para pecinta nasi, berikutnya kami ingin me-review menu-menu Toyofuku yang cocok ditemani oleh semangkuk nasi hangat. Seperti Teba Kara (Sayap ayam dengan bumbu pedas) atau Mabo Tahu (Tahu dengan kuah kental pedas). 


Penulis:
Sandy Saputra, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
Akhsel Ramadian, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
Foto oleh:
Natalia Desianti, Mahasiswi Sastra Jepang BINUS University


Jepang Sharing 03 - 8 November 2018 -

2018年10月ごろより定例となった、ハラールギョウザの美味しいお店にて行われている、私の現在一緒に日本語を学んでいる学生たち(BINUS大学)と、ジャカルタで働く知人・友人・元教え子(マラナタ大学)の集いを、今の教え子たちにお願いして記事にしてもらいました。
日本語や日本文化を大学で学んだ先輩たち(ゲスト)を呼んで、現在大学で日本語や日本文化を学んでいる学生たち(ホスト)が質問し、様々なことを聞きます。社会に出る前に何を学ぶべきなのか、大学卒業後はどういう道があるのか、日本語や日本文化を学ぼうとする学生であればきっと興味を持つことを多くの人にご共有できればと存じております。

第三回目はバンドゥン(バンドン)の大学で日本語を学び、現在ジャカルタで働いている女性たちに関する記事です。(以上、執筆:KMG)

   Halo sahabat setia blog OMG KMG!

   Hari ini kita akan membawakan sebuah artikel hasil interview kami dengan dua orang wanita cantik yang berhasil mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan Jepang yang besar namanya lho! Kedua wanita cerdas ini tidak hanya berhasil untuk bekerja di perusahaan yang ternama tetapi juga berhasil mewujudkan mimpi dan ambisinya yang mereka miliki semenjak mereka SMA! Tidak hanya cerdas dan berprestasi, mereka juga punya pengalaman belajar di Jepang yang mau dibagikan dengan kita semua lho! Luar biasa ya,  bagaimana sih cerita dari kedua wanita ini? Dan siapa ya sebenarnya mereka ini? Yuk kita simak!    

Tamu acara Toyofuku kali ini

   Yak! Mereka adalah Sri Widyandari (kiri) dan Dede Saleha (kanan). Mereka sekarang bekerja di sebuah agency travel Jepang bernama HIS. Kami berhasil mendapatkan mewawancarai mereka pada hari Kamis, 8 November kemarin di restoran Gyoza favorit kita semua yaitu, Toyofuku!

Sri Widyandari, sedang bekerja di perusahaan Jepang di Jakarta

1. Sri Widyandari
   Wanita periang dan berbakat ini lulus dari Universitas Padjajaran jurusan Sastra Jepang di tahun 2017. Kegemaran Sri terhadap bahasa Jepang dan budaya Jepang dimulai sejak ia kecil. Didasari dengan hobinya suka menggambar manga dan membaca manga, ia memutuskan belajar otodidak bahasa Jepang saat SMP dan pada saat SMA, Sri memutuskan untuk mengambil jurusan Sastra Jepang.

   Sebelum lulus, Sri pernah bekerja sebagai seorang interpreter bahasa Jepang – Indonesia di sebuah perusahaan otomotif di Karawang. Tidak hanya unggul di area pekerjaan, Sri juga berhasil lulus mendapatkan JLPT N1 (ujian kemampuan bahasa Jepang yang paling tinggi) dan pergi belajar ke Daito Bunka University di Prefektur Saitama selama 1 tahun melalui program Monbukagakusho! Hebat ya!

Suasana di Toyofuku 01

   Itu bukan kala pertama Sri pergi ke Jepang. Sebelumnya, ia juga pernah mengikuti program Summer School di Waseda University selama dua bulan lho! Dan dia mendapat beberapa tunjangan hidup (jajan) dari program itu.

   Saat Sri ke Jepang, yang paling berkesan baginya adalah kebudayaan Jepang yang tertib dan teratur. Tapi di sisi lain, Sri juga kaget karena ternyata ada saja orang Jepang yang terlihat ‘menjaga jarak’ dengan orang asing yang belajar di Jepang seperti Sri. Untungnya, Sri punya banyak sahabat orang Jepang yang ia kenal maupun dari pihak sekolah ataupun internet yang menemani Sri selama di Jepang.

   Sri berpesan kepada setiap orang yang belajar bahasa Jepang, “kalau memang hobby, ya lanjutin aja. Itu kan yang bikin kalian happy”.

Dede Saleha, sedang bekerja di perusahaan Jepang di Jakarta

2. Dede Saleha

   Dede Saleha juga punya pengalaman yang tidak kalah menyenangkan. Wanita lulusan Sastra Jepang STBA YAPARI Bandung ini mendapatkan beasiswa untuk pergi field trip ke Jepang selama 2 minggu secara gratis melalui program Jenesys. Setelah mengalami banyak proses seleksi, hanya dua orang termasuk Dede yang berhasil lolos untuk mengikuti program itu dari kampusnya.

Suasana di Toyofuku 02

   Dede tinggal di daerah Yamanashi dan pergi ke beberapa tempat untuk belajar mengenai pendidikan, budaya dan teknologi Jepang. Waktu itu, Dede berangkat ke Jepang saat musim dingin, sekitar Januari – Februari. Walaupun dingin, tapi beruntung sekali Dede bisa melihat salju di Jepang.
Dede sebagai orang yang gemar belajar, ternyata termotivasi untuk masuk Sastra Jepang berawal dari hobinya yaitu membaca manga. Semasa SMP, Dede juga belajar bahasa Jepang secara otodidak, lho. Ketika ia memutuskan untuk mengambil sastra Jepang di masa SMA, Dede sudah bertekad untuk menjadi seorang interpreter yang handal, dan setelah lulus, Dede langsung menerima pekerjaan di PT. Harum Indah Sari Tours & Travel, keren banget!

Suasana di Toyofuku 03

   Dede juga punya pesan untuk kita yang mempelajari bahasa Jepang, “iya, lanjutin aja, karena apa yang ditakutin belom tentu terjadi kok”.

   Nah, walaupun sedikit yang ditulis, tapi menarik sekali ya bisa mengetahui perjuangan mereka sebagai pelajar bahasa Jepang. So, kita juga jangan mau kalah, teman-teman. Semoga artikel ini bisa memotivasi kalian untuk tidak menyerah belajar bahasa Jepang ya!

Teman-teman yang sudah menghadiri acara kali ini

Food Review

Toyofuku Abura Soba

   Abura Soba merupakan salah satu jenis makanan Jepang yang menggunakan Soba (Mie dari tepung gandum) sebagai bahan utamanya. Bedanya dengan menu Soba biasanya, Abura Soba tidak menggunakan kuah dalam penyajiannya. Melainkan kuah tersebut diganti vinegar atau bumbu lainnya. Pada Toyofuku sendiri Abura Soba disajikan dengan potongan daging cincang yang gurih, daun bawang, dan bawang goreng. Tekstur mie nya yang kenyal dan rasa dagingnya yang gurih menjadi daya tarik utama pada menu ini. Ukuran porsinya sendiri cukup banyak untuk mengenyangkan perut kosong yang kelaparan.  Abura Soba yang nikmat dan mengenyangkan ini dapat kalian santap dengan harga Rp. 42.000.

Kamaga-sensei, yang punya acara ini mau pulang

   Begitulah kisah Toyofuku minggu ini, Berikutnya kami juga kedatangan tamu yang tidak kalah menarik dari sebelumnya, selain itu kami juga ingin mereview salah satu menu menarik yang ada di Toyofuku yaitu Cheese Gyoza atau Gyoza Keju! Sampai bertemu lagi di artikel berikutnya!


Penulis:
Luna Fidelita, Mahasiswi Sastra Jepang BINUS University
Akhsel Ramadian, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
Foto oleh:
Natalia Desianti, Mahasiswi Sastra Jepang BINUS University
Robert Goldneish, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University 


Jepang Sharing 02 - 25 Oktober 2018 -

2018年10月ごろより定例となった、ハラールギョウザの美味しいお店にて行われている、私の現在一緒に日本語を学んでいる学生たち(BINUS大学)と、ジャカルタで働く知人・友人・元教え子(マラナタ大学)の集いを、今の教え子たちにお願いして記事にしてもらいました。
日本語や日本文化を大学で学んだ先輩たち(ゲスト)を呼んで、現在大学で日本語や日本文化を学んでいる学生たち(ホスト)が質問し、様々なことを聞きます。社会に出る前に何を学ぶべきなのか、大学卒業後はどういう道があるのか、日本語や日本文化を学ぼうとする学生であればきっと興味を持つことを多くの人にご共有できればと存じております。

第二回目は、バンドゥン(バンドン)や日本で工学を学ぶ、現在日系企業で活躍する日本語話者に関する記事です。(以上、執筆:KMG)

   Pada hari Kamis 25 Oktober 2018, temen-temen KFC (Kamaga Fujoshi Club, eh, salah, Kamaga Fans Club)  kumpul-kumpul lagi nih di restoran Gyoza halal terenak di Jakarta, yaitu  Toyofuku Gyoza yang terletak di Gandaria.  Memang sudah tradisinya KFC nih sehabis kuliah/ kerja nongkrong sambil ngobrol-ngobrol bareng dosen gaul (Kamaga-sensei, KMG-sensei) di Toyofuku Gandaria, memang yang ikut kebanyakan mahasiswa dari BINUS University, tapi kita juga selalu kedatangan dengan sahabat-sahabat Kamaga-sensei yang biasanya juga bawa sahabat-sahabatnya masing-masing sehingga suasana jadi semakin ramai dan seru.

Kamaga-sensei dan teman-teman yang lucu

   Tidak hanya Kamaga-sensei, pertemuan kali ini dihadiri beberapa mahasiswa Sastra Jepang BINUS University yaitu Sandy, Akhsel, Luna, Natalia, Adel, Nindya, dan Nun. Selain itu kami juga kedatangan dua tamu yaitu kak Dimas dan kak Aji. Keduanya memiliki pengalaman unik dengan bahasa Jepang. Kak Dimas sekarang bekerja sebagai konsultan disalah satu perusahaan Jepang, Sementara Kak Aji berkerja sebagai engineer di daerah ciputat. Keduanya merupakan alumni mahasiswa ITB yang datang ke pertemuan ini untuk sharing pengalaman mengenai perkerjaan mereka dan kehidupan di Jepang.

Suasana di acara 01

   Perjalanan kak Dimas sampai bisa fasih berbahasa Jepang tidaklah mudah. Pada masa SMA dengan modal bahasa Jepang yang sedikit ia mengikuti tes Monbukagakusho (beasiswa pemerintah Jepang) dengan harapan bisa belajar di Jepang. Namun usahanya pada saat itu gagal. Tidak menyerah disini ia mencoba lagi di tahun berikutnya dan akhirnya berhasil lolos. 

Suasana di acara 02

   Selama di Jepang ia belajar bahasa Jepang selama satu tahun di Tokyo, lalu dilanjutkan dengan mengikuti program D3 Electronic Control di Tottori Yonago College selama 3 tahun. Bagi yang belum tahu Provinsi Tottori terletak di bagian barat Jepang tepatnya arah barat laut dari Osaka. Provinsi Tottori sendiri terkenal dengan wisata gumuk pasirnya.

Suasana di acara 03

   Selama belajar di Yonago, kelas kak Dimas berisi sekitar 40 orang, dimana ia merupakan satu-satunya warga Negara asing yang berada di kelasnya. Agar dapat beradaptasi dan mengenal tentang Jepang lebih dekat, kak Dimas didampingi oleh 1 mentor mahasiswa Jepang yang mengenalkan berbagai budaya Jepang. Sepulang dari Jepang, kak Dimas aktif dalam mengikuti event budaya Jepang di Indonesia.

suasana di acara 04

   Sementara tamu yang satu lagi kak Aji walaupun tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Jepang, kemampuan berkomunikasi bahasa Jepangnya bias dibilang lumayan oke. Hal ini ia peroleh dengan menjalani hobinya yaitu mendengarkan dan menyanyikan lagu Jepang. Setiap kak Aji  menemukan lagu yang disuka, ia menulis lirik dan mencari lagu tersebut agar lebih mudah memahami dan menyanyikan lagu tersebut. Kak Aji sendiri memiliki band musik yang sering meng-cover lagu-lagu Jepang. Hasil dari hobi yang ditekuni kak Aji ini lah yang membuat ia sekarang bisa berkomunikasi dengan bahasa Jepang. 

suasana di acara 05

   Pesan dari tamu kita kali ini adalah “Bahasa bukan untuk dipelajari tapi untuk dipakai”. Jadi bagi kalian yang sedang belajar bahasa Jepang ataupun bahasa asing lainnya, alangkah baiknya kalian meng-aplikasikan bahasa yang kalian pakai dalam kehidupan sehari-hari supaya semakin jago. Contohnya seperti kak Aji yang berhasil mengembangkan ilmu bahasanya dengan melakukan apa yang ia gemari.

Food review:

Toyofuku Gyoza
   Menu kali ini yang kami ingin review salah satu makanan yang menurut kami menu yang menjadi trademark dari Toyofuku, apalagi kalau bukan Toyofuku original Gyoza  . sangat patut dicoba ketika datang ke Toyofuku. Gyoza yang satu ini berisi daging ayam dan sayuran lalu dibalut dengan kulit yang terbuat dari tepung terigu yang dipanggang. Jadi buat temen-temen yang muslim ga usah khawatir nih, karena dijamin 100% halal!!  Tekstur dari Gyoza ini sendiri renyah diluar dan lembut didalam. Walaupun terlihat kecil, 1 porsi Gyoza ini dapat mengenyangkan perut kalian. Jangan lupa juga menggunakan shoyu dan rayu (minyak cabai Jepang) agar Gyoza terasa lebih nikmat di mulut.

Gyoza Original (Halal) di Toyofuku Gandaria

   Satu porsi Gyoza isi 5pcs dijual seharga Rp.25. 000. Sementara untuk yang 12pcs harganya Rp.45. 000, harga yang menurut kami cukup terjangkau kalau dihitung dari segi porsi dan kualitas rasanya.  Selain Toyofuku Gyoza terdapat juga menu Gyoza lainnya seperti Gyoza keju, Gyoza negi, dan sebagainya. Selain Gyoza ada juga menu hidangan Jepang seperti Ramen atau Abura Soba. 

Gyoza Negi (Halal) di Toyofuku Gandaria

   Sesi sharing Gathering KFC yang pertama cukup sampai disini, tapi tenang aja buat temen-temen yang masih mau ikutin cerita KFC, karena tentunya akan ada kelanjutannya lagi, plus kita juga akan review menu yang lain nih selain original gyouza nya, karena di Toyofuku masih ada banyak sekali makanan-makanan yang gak kalah enak!!! Sampai jumpa!!!


Penulis:
Akhsel Ramadian, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University
Sandy Saputra, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University 
Foto oleh:
Natalia, Mahasiswa Sastra Jepang BINUS University